PT Perusahaan Listrik Negara atau PLN (Persero) tengah dalam proses pengajuan perubahan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP). Revisi tersebut dilakukan untuk memitigasi kondisi pandemi virus corona (Covid-19) yang telah mengganjal kinerja dan pemenuhan target PLN di tahun ini.
Hal itu diungkapkan oleh Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VII DPR yang digelar secara virtual pada Rabu (22/4).
“Kami saat ini sedang dalam proses untuk mengajukan revisi RKAP PLN ke pemegang saham. Termasuk di dalamnya upaya efisiensi yang akan kita lakukan ke depan, utamanya di RKAP 2020 ini,” kata Zulkifli.
Zulkifli menambahkan, skenario mitigasi di tengah pandemi virus corona ini tidak lah mudah. Sebab, PLN harus mmelakukan assesment terhadap kondisi penurunan beban dan penjualan listrik, ketidakpastian pendanaan serta faktor pasar keuangan.
“Harus kami sampaikan ini tidak hanya terkait supply dan demand, serta harga energi primer. Tetapi kami juga paham bahwa dua bulan terakhir pasar keuangan sangat kering, sehingga sangat sulit memperoleh pendana saat situasi ini,” jelasnya.
Menurut Zulkifli, prioritas utama yang dilakukan PLN ialah melakukan penyelamatan operasional. Setelah itu, sambungnya, PLN melakukan review menyeluruh terhadap proyek-proyek kelistrikan yang ada. Ia menegaskan, perusahaan setrum plat merah itu akan memprioritaskan proyek-proyek yang sudah mendapatkan pendanaan.
“Yang sudah ada pendanaannya pasti kami akan dahulukan. Yang belum ada pendanaan untuk sementara akan kami tahan dulu. Fokus kami yang mendukung keandalan listrik,” terang Zulkifli.
Dari sisi keuangan, ia juga menyatakan bahwa kondisi pelemahan kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ikut menambah beban PLN. Zulkifli menerangkan, setiap rupiah melemah Rp 1.000, maka beban PLN bisa membengkak Rp 9 triliun terhadap kewajiban-kewajiban yang harus dibayarkan.
“Setiap kali pelemahan kurs rupiah ke dolar Rp 1.000, maka biaya kami naik Rp 9 triliun. Namun situasi dinamis sekali, kami akan lihat nanti pengaruh dari pelemahan ini, satu sampai tiga bulan ke depan. Kami berharap sampai akhir tahun rupiah sudah menguat,” ujar dia.
Dari pertumbuhan penjualan listrik, realisasinya pun meleset dari target. Jika dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) asumsi pertumbuhan bisa di atas 8%, namun realisasi dalam 4 tahun terakhir sebelum pandemi virus corona menerpa, hanya mampu tumbuh sekitar 4,5%.
Dalam catatan Kontan.co.id, pada tahun ini target pertumbuhan penjualan tenaga listrik PLN dipatok sebesar 4,55%. Dengan angka tersebut, target penjualan listrik PLN di tahun ini sebesar 256,7 TeraWatthour (Twh). Sementara itu, belanja modal atau capital expenditure (capex) PLN di tahun ini dianggarkan sebesar Rp 80- Rp 90 triliun.
Sumber Kontan, edit koranbumn