Menteri BUMN Rini M. Soemarno meninjau program padat karya tunai (cash for work) yang dilaksanakan oleh PT Angkasa Pura I (Persero) di Sleman, Yogyakarta. Program yang bertujuan menyalurkan bantuan CSR dan memberikan kontribusi nyata BUMN di masyarakat ini digelar di Dusun Nologaten, Caturtunggal, Sleman, Yogyakarta.
Menteri Rini hadir didampingi Sekretaris Menteri BUMN Imam Apriyanto Putro. Turut hadir pula dalam acara tersebut Deputi JKJSK Gatot Trihargo, Direktur Utama Angkasa Pura I Faik Fahmi, dan beberapa direktur BUMN lainnya.
Saat tiba, Menteri BUMN dan rombongan disambut oleh pengurus desa yang diwakilkan oleh Sekretaris Desa H. Aminnudin Azis. Ada sekitar 100 warga yang dilibatkan dalam kegiatan ini untuk membersihkan sungai, mengecat taman, membangun talud, dan menanam tanaman konsumsi warga.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Rini bersama-sama rombongan Direktur BUMN menyempatkan diri untuk ikut serta bersama warga dusun Nologaten mengecat taman dusun dan menebarkan bibit ikan di sungai.
“Semoga program ini memberikan manfaat bagi masyarakat dan saya terus memberikan dorongan bagi BUMN untuk terus memberikan dukungan nyata bagi perbaikan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat melalui padat karya tunai ini,” kata Rini.
Dalam program padat karya tunai ini, PT Angkasa Pura I sebagai BUMN penyelenggara memberikan bantuan kepada warga Dusun Nologaten Desa Caturtunggal berupa bantuan penghijauan, alat-alat kebersihan aliran sungai, dan Kincir Air yang dapat digunakan untuk Pembangkit Listrik sebagai penunjang penerangan taman sekitar aliran sungai senilai Rp 50 juta.
Direktur Utama Angkasa Pura I Faik Fahmi mengatakan, Dusun Nologaten dipilih menjadi penerima bantuan karena mampu berinovasi dalam mengembangkan potensi demi kemajuan dusun. Ia berharap, bantuan yang diberikan bisa memberikan manfaat yang besar dan terus membuat warga dusun semakin giat bekerja.
“Bantuan yang diberikan ini merupakan bagian dari program Corporate Social Responsibility (CSR) dari Angkasa Pura I yang diharapankan dapat bermanfaat membantu dusun ini untuk semakin giat berkarya,” kata Faik.
Sebagai informasi, Dusun Nologaten dahulu merupakan Tempat Pembuangan Akhir (TPA), bahkan kondisi di sekitar bantaran sungai tersebut sangat kumuh hingga Bupati Sleman menerbitkan SK Daerah Kumuh untuk Dusun Nologaten.
Seiring waktu, sejak tiga tahun terakhir Dusun Nologaten pun tumbuh menjadi dusun berkembang dengan beragam potensi, salah satunya adalah peternakan ikan. Ikan nila dan ikan bawal di Dusun Nologaten bahkan dapat mencapai satu ton saat masa panen dengan memanfaatkan pakan ternak dari olahan limbah yang didapat dari sisa-sisa makanan di rumah makan.
Selain itu beberapa warga di Dusun Nologaten juga merupakan Pengrajin Batik dan Penggiat Kesenian Wayang, bahkan terdapat seorang Dalang Cilik yang kerap tampil di berbagai acara kesenian. Dengan berkembangnya Pengrajin Batik dan Kesenian Wayang di Dusun Nologaten ini, secara tidak langsung Dusun Nologaten telah turut serta melestarikan budaya Indonesia.
Ke depannya, dengan memanfaatkan potensi alam dan kemampuan warganya, Dukuh (Ketua Dusun) Nologaten berencana untuk menjadikan Dusunnya sebagai “Kampung Ekowisata”.
Siaran Pers Kementerian BUMN