PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) mampu melakukan diskusi intensif dengan perusahaan sewa pesawat atau lessor untuk mendapatkan keringanan biaya sewa hingga ke level US$15 juta per bulan dan menghemat struktur biaya hingga US$200 juta dalam setahun.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menjelaskan fundamental isu perusahaan terletak pada struktur biaya terbesar yakni lessor. Secara kontraktual biaya ini mencapai kisaran US$70 juta per bulannya. Saat ini GIAA memiliki 155 armada dengan perjanjian kepada 26 leasor untuk jenis pesawat 777, Airbus, 737, CRJ, dan tipe lainnya.
Maskapai pelat merah tersebut telah melakukan negosiasi dan diskusi selama 3 bulan. Sejauh ini sejumlah lessor telah menyetujui menurunkan tarif.
“Betul sekitar US$70 an juta dan kita dalam posisi hari ini berhasil meyakinkan beberapa lessor tapi over all kita berharap dapat kesepakatan penurunan di level 15 jutaan perbulan sampai 20 juta. Ini kalau kita kalikan 12 kita akan sampai 200 juta dolar AS saving hanya dari lessor ini,” jelasnya, Selasa (14/7/2020).
Perampingan struktur biaya tersebut juga bisa bertambah efisien jika sesegera mungkin mengembalikan pesawat bombardier dan ATR karena dua jenis pesawat ini tidak cocok dengan perusahaan.
“Kami diskusi appaun sampai kita mengancam lah istilahnya. Kalau lo ga mau ngikutin gua ambil aja lah itu pesawatnya. Sampai keapda level itu. Tapi tampaknya semua leasor ga ada yang mau ambil pesawat karena kondisi di luar juga nggak baik,”imbuhnya.
Soal tarif ini, lanjut Irfan, patokan senilai US$800.000 AS menjadi basis harga pasar untuk bernegosiasi dengan lessor. Dia juga menyampaikan sebetulnya negosiasi sudah dilakukan oleh jajaran manajemen lama sejak November 2019.
Tak hanya itu upaya lain yang tengah ditempuh maskapai dengan jenis layanan penuh tersebut adalah mengembalikan pesawat yang tudak sesuai kepada pihak lessor. Diantaranya tipe CRJ1000 bombardier sebanyak 18 armada yang sudah dikandangkan.
Sumber Bisnis, edit koranbumn