Sementara itu, divestasi sisa 5 ruas lag dan ditargetkan tetap bisa terlaksana tahun ini. Apalagi, INA sudah berfungsi pada tahun ini dan emiten dengan kode saham WSKT ini telah mengajukan beberapa ruas untuk diserap INA.
Adapun, kegagalan WSKT melakukan divestasi 5 ruas tol pada 2020 membuat beban keuangan perseroan kian berat. Seperti diketahui, pandemi Covid-19 telah memukul perekonomian sehingga investor banyak yang menunda keputusannya termasuk dalam hal menyerap saham ruas tol.
Berdasarkan laporan keuangan per Desember 2020, Waskita Karya membukukan kas bersih diperoleh dari aktivitas operasi senilai Rp411,06 miliar atau anjlok 95,43 persen dari posisi tahun sebelumnya Rp9,01 triliun.
Saldo kas dan setara kas pada akhir tahun juga turun 86,89 persen menjadi Rp1,21 triliun dari sebelumnya Rp9,25 triliun. Pada saat bersamaan, WSKT menderita kerugian hingga Rp7,37 triliun pada 2020 dibandingkan posisi laba pada 2019 senilai Rp938,14 miliar.
Sementara itu, liabilitas jangka pendek milik WSKT tercatat Rp48,23 triliun atau naik 7,13 persen dari tahun sebelumnya Rp45,02 triliun.
“Kami optimis divestasi [2021] akan terlaksana. Setelah 1 terealisasi, para investor banyak sekali yang ingin membeli ruas-ruas Waskita,” imbuh Destiawan.
Direktur Keuangan Waskita Karya menambahkan apabila target 9 ruas tol terdivestasikan semua maka perseroan akan dapat mengurangi beban utang hingga sekitar Rp20 triliun.
“Mungkin sampai sekitar Rp20 triliun akan lepas, baik efeknya karena pembayaran maupun dari dekonsolidasi, belum termasuk profitnya nanti,” tutur Taufik.
Sumber Bisnis, edit koranbumn