Emiten konstruksi pelat merah PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) dan PT Waskita Karya Tbk (WSKT) memprediksi pendapatan di kuartal I-2020 bakal turun sekitar 25%-50% bila dibandingkan capaian kuartal pertama tahun lalu. Hal ini disebabkan oleh penghentian operasional akibat pandemi Covid-19.
Senior Vice President Corporate Secretary Waskita Karya Shastia Hadiarti menjelaskan proyek WSKT di wilayah zona merah terhambat. Di mana proyek tersebut menyumbang 25% dari total pendapatan di tahun 2019.
“Terdapat beberapa proyek perseroan yang terhambat pengerjaannya, terutama proyek-proyek yang berada di zona merah pandemi Covid-19,” tulis Shastia pada keterbukaan informasi Kamis (28/5), pekan lalu.
Penurunan pendapatan tersebut juga diprediksi bakal menekan laba bersih hingga lebih dari 75%.
Dengan kondisi tersebut Waskita melakukan beberapa strategi seperti mengupayakan proyek yang masih berjalan, yaitu yang berada di luar zona merah, untuk dapat diakselerasi progress pekerjaannya untuk memastikan pencapaian target pendapatan usaha.
Waskita Karya juga memastikan target kas masuk tahun ini yang berasal dari pembayaran proyek maupun pengembalian piutang dana talangan tanah dapat diperoleh tepat waktu dan mengupayakan proses pelepasan konsesi jalan tol dilakukan sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
Kemudian Waskita melakukan efisiensi belanja operasional (opex) baik di lingkungan proyek maupun di lingkungan kantor, tanpa mengurangi hak-hak kreditur, supplier, dan pegawai. Terakhir, melakukan pengajuan relaksasi atas pinjaman jangka pendek dan jangka panjang kepada perbankan.
Sementara itu, Sekretaris Perusahaan WIKA Mahendra Wijaya mengatakan dari total 208 proyek berjalan milik Wika Group hingga April 2020 terdapat 13% proyek yang berada dalam kondisi suspend, terjadi penghentian sementara pada seluruh bagian kegiatan proyek.
“Sedangkan sekitar 23% proyek berada dalam kondisi slowdown di mana terjadi perlambatan di beberapa bagian seperti mobilisasi tenaga kerja dan pembatasan jumlah pekerja di lapangan akibat physical distancing,” jelasnya.
Dengan kondisi tersebut, sejalan dengan proyeksi penurunan pendapatan maka laba bersih juga diprediksi turun 25%-50%.
Dus, WIKA mengupayakan efisiensi biaya usaha namun tetap menghindari adanya pengurangan karyawan sejauh ini, serta memaksimalkan produksi pada proyek-proyek yang sedang berjalan dengan terlebih dulu melakukan assessment kepada pemilik proyek yang memiliki kemampuan likuiditas sehingga WIKA mampu mengatur cashflow masuk dan keluar.
WIKA juga mengajukan relaksasi pada fasilitas non-cash loan yang didapat dari tenor 6 bulan-12 bulan dan mengajukan penurunan bunga pinjaman, serta melakukan inovasi dan substitusi material impor menjadi material lokal dalam rangka mengefisiensikan biaya operasi.
Sumber Kontan, edit koranbumn