PT Taman Wisata Candi Unit Ratu Boko bersama BPCB Daerah Istimewa Yogyakarta dan Institut Seni Indonesia (ISI) mengadakan pagelaran sendratari Dyah Bhumijaya di depan gerbang utama Kraton Ratu Boko, Minggu (13/1). Acara tersebut digelar sebagai bentuk kepedulian terhadap seni pertunjukan tradisional.
Lakon sendratari Dyah Bhumijaya menceritakan sebuah peristiwa intrik politik di masa kerajaan Medang yang menjadi penyebab peperangan. Lakon yang diambil dari kisah nyata seperti yang tertera pada prasasti Watan Tija yang bertahun 802 Saka (880 Masehi) tersebut menceritakan peperangan yang diawali dengan penculikan Rakyat Manak (istri Kayuwangi) oleh adiknya Rakyan Landhayan yang kemudian dibunuh oleh prajurit Medang dan dijadikan candi di tengah hutan.
Menurut Kasi pengembangan dan pemanfaatan BPCB DIY, Wiwit Kasiyati mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan salah satu misi BPCB dalam mengembangkan seni budaya tradisional di masyarakat.
“Kegiatan ini merupakan salah satu misi kami untuk mengembalikan dan memanfaatkan situs Cagar budaya untuk mengembangkan seni budaya tradisional di masyarakat. Kami juga akan mengembangkan pagelaran-pagelaran kesenian tradisional di candi-candi lain yang ada di sekitar sini, seperti Candi Ijo, Candi Banyunibo dan Candi Barong, dengan harapan masyarakat dapat lebih mengembangkan kesenian yang ada di daerahnya.” Sambutnya.
GM Unit Ratu Boko, Wiharjanto, menambahkan bahwa kerja sama diantara dua instansi ini dapat berjalan baik kedepannya, sehingga dapat mengadakan pagelaran kesenian lagi di masa mendatang. “Kami berharap semoga kerja sama dengan pihak BPCB akan berjalan baik sehingga kami akan terus mengadakan pagelaran kesenian lainnya.” Ucapnya.
Menanggapi cuaca yang mendung yang diikuti oleh hujan deras sebelum acara, sehingga pagelaran sempat tertunda beberapa waktu, Wiharjanto mengatakan akan melakukan evaluasi waktu penyelenggaraan.
Sumber TWC Edit koranbumn.com