Perusahaan pelat merah PT Garam tengah menjajaki potensi kerjasama dengan China Salt Industry Coorporation (CNSIC), perusahaan garam terbesar di China. Dalam tahap awal penjajakan, setidaknya terdapat tiga potensi kerjasama yang bisa digarap tahun ini.
Direktur Utama Budi Sasongko menjelaskan, dalam kunjungannya ke pusat garam Tianjin di China, pihak CNSIC memberikan pemaparan dan kesempatan kerjasama dalam bidang teknologi dan pelatihan. “Kerjasama ini kemungkinan di teknologi dan ada tiga bentuk yang sedang kami simpulkan,” kata Budi saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (8/8).
Pertama, metode meningkatkan panen, pergudangan alias stockpiling dan perlakuan paska panen pada sisa air tua. Kedua, mengadakan pelatihan kepada pekerja PT Garam dengan mengirimkan perwakilan dari CNSIC ke Kupang dan Madura. Ketiga, mengirim karyawan PT Garam ke China untuk belajar di pusat riset garam milik CNSIC.
Menurut Budi, dari sisi kultur perusahaan, PT Garam dan CNSIC memiliki banyak kesamaan yakni sama-sama memiliki fasilitas pergudangan, distribusi dan pabrik. Oleh karena itu kerjasama antar perusahaan BUMN kedua negara tersebut memungkinkan dijalankan karena sama-sama memiliki fasilitas dasar yang sama. Namun yang membedakan adalah kemampuan produksi dan kondisi iklim antar negara.
Budi menjelaskan, di China, musim panen garam berlangsung panjang sebanyak sembilan bulan dengan hasil produksi nasional setara 75 juta ton per tahun. Sedangkan di Indonesia terutama Madura umumnya mengalami masa panen empat bulan dari bulan Juni hingga Agustus.
Adapun mengutip pemberitaan Antara, produksi CNSIC mencapai 18 juta ton per tahun dan sebagian besar merupakan garam sumur (tambang garam), sehingga produksinya tidak bergantung pada musim. Sedangkan pada PT Garam, kapasitas produksi setahun mencapai 350.000 ton dan bergantung pada kondisi cuaca.
Budi menambahkan, China memiliki empat sumber komoditas garam, yakni dari laut dan dipanen dengan evaporasi, dari sumur garam, dari lake salt alias danau garam dan melalui teknologi vakum salt brine. “Saya optimistis ada dua sumberdaya yang akan kami tingkatkan melalui ini, yaitu sea salt dan perkiraan kami akan ada penelitian tentang sumur garam,” kata Budi.
Menurutnya, produksi sumur garam di Indonesia relatif terbatas dan dapat dikaji lagi untuk lokasi di Kalimantan Timur dan Jawa Timur. Ia juga optimistis kajian dan pengiriman karyawan untuk pelatihan dapat dilakukan tahun ini. Sedangkan untuk nilai investasi yang akan dikeluarkan masih dalam tahap perhitungan kedua belah pihak.
Sekadar mengingatkan, kebutuhan garam nasional mencapai 4,5 juta ton per tahun. Tapi produksi dalam negeri baru mencapai kisaran 2,3 juta ton per tahun, maka sisanya berasal dari impor. Pada tahun 2021, PT Garam menargetkan dapat memenuhi 50% permintaan dalam negeri
Sumber Kontan.co.id