PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mengerek peringkat Perumahan Umum Perumahan Nasional (Perumnas) menjadi idCCC dari idSD. Peningkatan rating ini setelah Perumnas membayar pokok surat utang jangka menengah alias Medium Term Notes (MTN) I/2017 Seri A sebesar Rp 200 miliar pada 8 Mei 2020.
MTN yang harusnya dibayar pada 28 April 2020 ini membuat, Pefindo masih memasang credit watch dengan implikasi negatif. Ini karena untuk mengantisipasi risiko pembayaran MTN VII/2019 sebesar Rp 250 miliar yang akan jatuh tempo pada Juli 2020 and MTN XI/2019 sebesar Rp 350 miliar yang akan jatuh tempo pada November 2020. Tapi kedua MTN tersebut tidak berperingkat.
“Kami mewaspadai kesiapan Perumnas untuk membayar MTN yang akan jatuh tempo tersebut mengingat kondisi likuiditas,” ujar Analis Pefindo, Christyanto Wijaya dan Yogie Surya Perdana. Likuiditas Perumnas yang ketat dengan situasi makro ekonomi dan pasar keuangan tidak mendukung bisa menjadi faktor risiko sendiri.
Sebagai tambahan, Perumnas melaporkan penurunan operasi bisnis dan pencapaian kinerja penjualan pada tahun 2020 sejalan dengan pelemahan aktivitas dan pertumbuhan ekonomi yang disebabkan oleh pandemi virus corona Covid-19. Pada saat yang bersamaan, Perumnas menetapkan peringkat MTN II/2016, MTN III/2016, MTN IV/2016, MTN I/2017 Seri B, MTN III/2018, MTN III/2019, MTN I/2019, MTN IV/2019, MTN V/2019, MTN VI/2019, MTN VIII/2019, dan MTN IX/2019 pada level idCCC.
Peringkat untuk Perumnas dan MTN akan diturunkan jika gagal melakukan pembayaran secara tepat waktu terhadap kupon maupun pokok MTN. “Kami dapat menaikkan peringkat jika Perumnas mengamankan sumber dana atau memiliki rencana pembiayaan kembali terhadap MTN yang akan jatuh tempo,” tutur Christyanto dan Yogie.
Obligor dengan peringkat idCCC saat ini rentan, dan tergantung pada kondisi bisnis dan keuangan yang menguntungkan untuk memenuhi komitmen keuangan. Sepanjang tahun 2019, pendapatan Perum Perumnas anjlok 67,94% menjadi Rp 855 miliar dari tahun 2018 sebesar Rp 2,67 triliun.
Sementara EBITDA Perum Perumnas pada tahun lalu negatif Rp 11,02 miliar dari Rp 603,4 miliar. Perumnas juga merugi Rp 408 miliar pada tahun lalu dari sebelumnya untung Rp 305,8 miliar.
Sumber Kontan, edit koranbumn