PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) bakal menyulap Bank Mayora menjadi bank digital yang akan difokuskan menyasar segmen Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Nantinya, bank pelat merah ini akan menggandeng perusahaan teknologi Sea Group untuk mengembangkan bank digital ini. Seperti diketahui, Seaa Group merupakan induk usaha dari e-commerce Shopee.
Direktur IT & Operasi Bank BNI YB Hariantono membenarkan bahwa Sea Group yang akan digandeng perseroan. Ia menjelaskan, skema kolaborasi yang akan dilakukan adalah partner ownership. Perusahaan teknologi itu akan menjadi pemegang saham pada bank digital BNI itu.
“Secara teknis (kolaborasi ini) memang akan dilakukan secara bertahap karena kita BUMN. Ada step-step yang mesti dijalankan dulu,” kata Haiantono
Lebih lanjut, ia menjelaskan alasan perseroan mengembangkan bank digital dengan fokus ke UMKM. BNI melihat bank-bank digital yang ada saat ini lebih menyasar segmen konsumer. Oleh karena itu, BNI ingin tampil beda dengan menyasar UMKM karena jumlah UMKM di Tanah Air masih sangat besar, lebih dari 60 juta.
BNI akan mendigitalkan UMKM yang masih konsep manual. Adapun UMKM yang sudah melakukan digitalisasi akan langsung terhubung ke ekositem perseroan.
Bank BNI digital ini nantinya akan fokus mengarap UMKM dengan pangsa pasar lokal. Sementara UMKM berbasis ekspor akan digarap BNI lewat program UMKM Go Global.
BNI sebelumnya telah mengumumkan akan 63,92% Bank Mayora. Skema akuisisi dilakukan dengan membeli saham yang sudah ada yang dimiliki International Finance Corporation (IFC) dan mengambil alih saham baru yang akan diterbitkan Bank Mayora sebanyak 1.029.151.550 yang mewakili 54,9% dari saham yang telah ditempatkan dan disetor penuh.
Setelah pengambilalihan rampung, BNI akan menggengam sekitar 1,19 miliar saham Bank Mayora atai mewakili 63,92% dari total saham yang ditempatkan dan disetor dalam Bank Mayora. Sementara Mayora Inti Utama tersisa 36,08%.
YB tidak bersedia menyebutkan nilai akuisisi Bank Mayora tersebut karena masih menunggu penandatangan conditional sales purchase agreement (CSPA).
Namun, Handiman Soetoyo, analis Mirrae Asset Sekiritas Indonesia dalam risetnya menyebutkan bahwa nilai akuisisi tersebut mencapai Rp 3,5 triliun.
“Kami telah menghubungi BNI untuk dapat gambaran lebih banyak terkait akuisisi ini. BBNI mengatakan secara total, akan membayar Rp 3,5 triliun untuk mendanai akuisisi tersebut,” tulisnya dalam riset tanggal 24 Januari 2022.
Itu terdiri dari Rp 500 miliar untuk mengakuisisi saham yang ada dari IFC dan sebesar Rp 3 triliun dianggarkan untuk menyerap seluruh saham baru yang akan diterbitkan Bank Mayora.
Menurut Handiman, nilai skuisisi ini akan menyiratkan price to book value 2x. Mirae Asset Sekuritas melihat hal itu masih cukup masuk akal.
Saat ini, Mirae Asset Sekuritas mempertahankan pandangan positif kami terhadap BBNI. Hingga November 2021, laba bersih BBNI telah mencapai 99,2% dari konsensus Bloomberg untuk proyeksi laba bersih tahun 2021.
“Kami mempertahankan panggilan Beli kami dengan target harga yang tidak berubah sebesar Rp 9.000.” tulis Handiman.
Sumber Kontan, edit koranbumn