Direktur Utama PT Pelindo IV (Persero), Farid Padang menghadiri Simposium Internasional Lingkungan Kelautan bertema “Mendukung Kelestarian Laut Nusantara, Menjunjung Martabat Bangsa”, yang digelar Universitas Balikpapan dan Slickbar Indonesia di Ballroom Hotel Fairmont, Jakarta, Rabu (28 November 2018).
Giat yang dimulai pukul 09.30 WIB ini, dihadiri oleh Menteri Perhubungan RI, Budi Karya Sumadi dan sekitar 600 undangan yang terdiri dari para ahli penanggulangan tumpahan minyak dari dalam dan luar negeri, perusahaan-perusahaan minyak terkemuka, perusahaan transportasi laut, perwakilan dari pelabuhan-pelabuhan di Indonesia, ratusan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi, aktivis lingkungan hidup, perwakilan dari berbagai LSM dan Pers. Turut hadir, sejumlah pemimpin perusahaan minyak asing seperti Exxon Mobil dan Chevron Pacific Indonesia.
Dalam sambutannya, Ketua Panitia Simposium, Bayu Satya mengutarakan bahwa musibah tumpahan minyak yang fatal di Balikpapan beberapa bulan lalu, yang telah membuat Indonesia dan juga dunia berduka, menjadi ide pencetus kegiatan simposium ini.
“Kerugian moril, materiil dan dampak buruk terhadap lingkungan hidup yang diakibatkan oleh tumpahan minyak tersebut sangat luar biasa. Peristiwa itu menggugah kesadaran untuk segera meninjau ulang kesiapan kita dalam menghadapi musibah serupa, agar dampak bencana tidak menjadi parah.”
Menurutnya, laut Indonesia merupakan wilayah perairan yang dikagumi dunia. Keindahan alamnya, kekayaan ragam biota laut di dalamnya dan nilai ekonomi dari lautan menjadi bagian dari kebanggaan Nusantara. Hal berharga yang harus kita jaga kelestariannya demi generasi mendatang dan juga demi menegakkan martabat bangsa.
“Namun esok, lusa, hari mendatang, musibah tumpahan minyak bisa saja terjadi. Sudah selayaknya kita menjadi lebih siap dan penuh kesanggupan untuk menghadapinya agar tidak berdampak fatal,” ujarnya.
Dia menuturkan, besarnya dampak musibah Balikpapan terjadi antara lain karena ketidaksiapan menghadapi bencana. Peralatan penanggulangan tumpahan minyak sangat minim, disertai kurangnya personil yang mampu dan sigap menangani musibah di sekitar perairan yang terkena bencana. “Sesungguhnya ini bisa diatasi jika ada kesadaran yang cukup tinggi untuk melengkapi diri dengan peralatan keamanan yang memadai, sekaligus mengikuti pelatihan teknis menanggulangi bencana,” tutupnya.
Sumber Pelindo 4
Giat yang dimulai pukul 09.30 WIB ini, dihadiri oleh Menteri Perhubungan RI, Budi Karya Sumadi dan sekitar 600 undangan yang terdiri dari para ahli penanggulangan tumpahan minyak dari dalam dan luar negeri, perusahaan-perusahaan minyak terkemuka, perusahaan transportasi laut, perwakilan dari pelabuhan-pelabuhan di Indonesia, ratusan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi, aktivis lingkungan hidup, perwakilan dari berbagai LSM dan Pers. Turut hadir, sejumlah pemimpin perusahaan minyak asing seperti Exxon Mobil dan Chevron Pacific Indonesia.
Dalam sambutannya, Ketua Panitia Simposium, Bayu Satya mengutarakan bahwa musibah tumpahan minyak yang fatal di Balikpapan beberapa bulan lalu, yang telah membuat Indonesia dan juga dunia berduka, menjadi ide pencetus kegiatan simposium ini.
“Kerugian moril, materiil dan dampak buruk terhadap lingkungan hidup yang diakibatkan oleh tumpahan minyak tersebut sangat luar biasa. Peristiwa itu menggugah kesadaran untuk segera meninjau ulang kesiapan kita dalam menghadapi musibah serupa, agar dampak bencana tidak menjadi parah.”
Menurutnya, laut Indonesia merupakan wilayah perairan yang dikagumi dunia. Keindahan alamnya, kekayaan ragam biota laut di dalamnya dan nilai ekonomi dari lautan menjadi bagian dari kebanggaan Nusantara. Hal berharga yang harus kita jaga kelestariannya demi generasi mendatang dan juga demi menegakkan martabat bangsa.
“Namun esok, lusa, hari mendatang, musibah tumpahan minyak bisa saja terjadi. Sudah selayaknya kita menjadi lebih siap dan penuh kesanggupan untuk menghadapinya agar tidak berdampak fatal,” ujarnya.
Dia menuturkan, besarnya dampak musibah Balikpapan terjadi antara lain karena ketidaksiapan menghadapi bencana. Peralatan penanggulangan tumpahan minyak sangat minim, disertai kurangnya personil yang mampu dan sigap menangani musibah di sekitar perairan yang terkena bencana. “Sesungguhnya ini bisa diatasi jika ada kesadaran yang cukup tinggi untuk melengkapi diri dengan peralatan keamanan yang memadai, sekaligus mengikuti pelatihan teknis menanggulangi bencana,” tutupnya.
Sumber Pelindo 4