PT Bukit Asam Tbk (PTBA) bekerja sama dengan Kementerian ESDM RI dan Mining Industry Indonesia (MIND ID) menyelenggarakan The 3rd Energy Transition Working Group Meeting – Parallel Event G20 Presidency of Indonesia.
Agenda tersebut mengangkat tema “The Role of Coal Industry Towards Energy Transition and Circular Economy”.
Diketahui, transisi energi menjadi salah satu isu prioritas pada Presidensi G20 Indonesia tahun 2022 dengan fokus utama terhadap akses, teknologi, dan pendanaan.
Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM Ridwan Djamaluddin menegaskan transisi energi tidak harus meniadakan batu bara.
Dengan inovasi teknologi, emisi dari batu bara bisa ditekan sehingga target Net Zero Emission pada 2060 tetap bisa dicapai.
“Mari kita berpikir dengan cara yang lain. Kata kuncinya transisi energi berkelanjutan. Net Zero Emission pada 2060 itu lah skenario besar yang harus kita rumuskan dengan langkah tidak biasa-biasa saja. Kuncinya adalah inovasi,” katanya dalam siaran pers, Senin (29/8/2022).
Terkait inovasi, Ridwan menekankan pentingnya aspek keterjangkauan dan penguasaan teknologi.
Dia juga meminta agar industri batu bara dapat mendukung transisi energi yang berkelanjutan.
Direktur Utama PT Bukit Asam Persero Tbk Arsal Ismail mengatakan acara tersebut yang dihadari para ahli, akademisi, praktisi pengelolaan lingkungan hingga generasi muda diharapkan daoat membawa dampak positif terhadap transisi energi.
“Agar dapat memberikan pandangan dan masukan bagi kita bersama guna terlaksananya transisi energi yang berkelanjutan dengan tetap memperhatikan ekonomi sirkular,” katanya.
Menurut dia, partisipasi, sinergi, dan kolaborasi dari semua pihak tentunya akan semakin mempermudah dan mempercepat langkah menuju target yang telah ditetapkan.
Transformasi PTBA
Selaras dengan visi PTBA menjadi perusahaan energi kelas dunia yang peduli lingkungan, perusahaan tengah memantapkan eksistensi dan bertransformasi menjadi perusahaan energi.
Transformasi ini tidak semata-mata dilakukan untuk menciptakan bisnis yang keberlanjutan, namun juga mendukung target pemerintah Indonesia untuk mencapai Net Zero Emission pada tahun 2060, mendorong proses transisi energi berkelanjutan, dan meningkatkan kontribusi perusahaan dalam mendukung ketahanan energi nasional.
“Berbagai strategi transformasi bisnis telah kami terapkan seperti peningkatan portofolio pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan dan pengembangan hilirisasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME),” Arsal Ismail menjelaskan.
Dari sisi operasional pertambangan, Arsal menambahkan, terdapat dua program utama yang dijalankan yakni Eco Mechanized Mining dan E-Mining Reporting System.
Pada program Eco Mechanized Mining, perusahaan mengganti peralatan pertambangan yang menggunakan bahan bakar berbasis fosil menjadi elektrik.
Sementara pada program E-Mining Reporting System, Bukit Asam memanfaatkan platform pelaporan produksi secara real time dan online sehingga mampu meminimalisasi monitoring konvensional dengan kendaraan dan mengurangi penggunaan bahan bakar.
Tidak hanya itu, Bukit Asam juga gencar menerapkan program manajemen karbon, sebuah program integrasi untuk mengurangi emisi karbon dalam operasional pertambangan perusahaan.
Beberapa usaha manajemen karbon yang dilakukan yakni reklamasi, dekarbonisasi operasional tambang, dan studi CCUS.
Terkait dengan kajian CCUS ini, Bukit Asam juga sedang menggelar kompetisi teknologi dekarbonisasi yang menitikberatkan inovasi di bidang carbon reduction dan CCUS dengan tajuk Bukit Asam Innovation Award 2022 Greenovator Indonesia.
“Kompetisi tersebut kita harapkan dapat mendukung lahirnya inovasi-inovasi terkait teknologi dekarbonisasi di bidang pertambangan, khususnya batu bara, untuk menciptakan energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan,” tegas Arsal.
Sumber Bisnis, edit koranbumn