Subholding Power & New Renewable Energy PT Pertamina Power Indonesia bersama dengan PT Pembangkit Jawa Bali telah meneken nota kesepahaman tentang kerja sama pengelolaan pembangkitan.
Direktur Utama Pertamina NRE Dannif Danusaputro menjelaskan tujuan nota kesepahaman tersebut adalah untuk berkolaborasi dalam mengelola atau memanfaatkan bersama infrastruktur ketenagalistrikan, termasuk potensi penyediaan energi bersih atau kerja sama lainnya di wilayah kerja sama yang disepakati.
“Banyak sekali peluang pengembangan EBT di Indonesia. Namun, dengan tantangan yang besar yakni memenuhi target bauran energi dan net zero emission di 2060 perlu diwujudkan melalui kolaborasi aktif. Pertamina NRE siap bersinergi dengan berbagai pihak. Dalam hal ini kami sangat antusias untuk berkolaborasi dengan PJB,” ujarnya seperti dikutip dalam keterangan resminya, Rabu (8/12/2021).
Direktur Utama PJB Gong Matua Hasibuan menjelaskan kerja sama tersebut adalah langkah awal proses menyinergikan antara dua perusahaan. Dia mengatakan pihaknya ingin menjadi bagian dalam pengembangan dan implementasi energi baru terbarukan di Indonesia.
Green hydrogen adalah hidrogen yang dihasilkan dari pembangkit listrik energi terbarukan seperti tenaga surya, bayu, atau air (hidro). Saat ini Pertamina NRE melalui anak usahanya PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) sedang melakukan proyek percontohan pengembangan green hydrogen di wilayah kerja geothermal Ulubelu dengan target produksi 100 kilogram per hari.
Dalam jangka panjang, ditargetkan produksi green hydrogen dari seluruh wilayah kerja geothermal mencapai 8.600 kilogram per hari.
Sementara, tren permintaan domestik terhadap hidrogen bersih pada 2040 diproyeksikan mencapai 17 juta ton per tahun. Permintaan tersebut datang dari sektor pengolahan minyak, kimia, transportasi maupun pembangkit listrik.
“Kami tidak bisa sendirian, untuk itu dengan berkolaborasi dengan Pertamina NRE adalah salah satu langkah yang bisa dilakukan untuk mewujudkannya,” ungkapnya.
Sumber Bisnis, edit koranbumn