PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim) membukukan kinerja subur di kuartal I 2022. Anggota holding Pupuk Indonesia ini membukukan laba lebih dari Rp 4 triliun di kuartal I 2022.
Direktur Utama Pupuk Kaltim (PKT) Rahmad Pribadi dalam pertemuan dengan media pekan lalu (20/5) menyebut, kinerja positif tersebut terus berlanjut di bulan April 2022. “Selama satu bulan di April saja, perolehan laba Pupuk Kaltim mencapai Rp 2 triliun,” ujar Rahmad.
Harga pupuk yang melesat, ekspor yang meningkat serta efisiensi di semua lini menjadi sumber laba Pupuk Kaltim (PKT). Dengan capaian apik ini, Rahmad mengaku sulit menetapkan target pendapatan dan laba PKT sepanjang tahun 2022 ini. Ini lantaran harga pupuk masih sangat fluktuatif dengan tren kenaikan yang diperkirakan masih akan berlanjut beberapa tahun ke depan. “Proyeksi Deloitte, harga pupuk baru akan melandai di 2026,” ujarnya.
Sebagai gambaran, hingga 30 April 2022, Pupuk Kaltim (PKT) memproduksi urea sebanyak 1,08 juta ton, angka ini 31,65% dari target tahun 2022 sebesar 3,42 juta ton atau sebesar 1,02 juta ton. Adapun, produksi moniak sebesar 36,49% dari target tahun 2022 sebesar 2,79 juta ton, lalu NPK sebesar 35,38% dari target tahun 2022 sebesar 250.000 ton.
Rahmad menyebut, kontribusi ekspor juga signifikan di tengah kenaikan harga. Ekspor dilakukan dengan tetap mengutamakan kebutuhan dalam negeri sebagai komitmen perusahaan.
Dengan memastikan kebutuhan dalam negeri terpenuhi, sepanjang tahun 2021, pupuk urea produksi PKT merajai 67% pasar urea di negara-negara Asia Tenggara, seperti Thailand, lalu 13% di negara Asia Selatan seperti India, 4% ke Australia, 4% ke negara di Asia Timur, 4% ke Meksiko, serta 4% lainnya ke Amerika Latin dan Amerika Serikat.
Adapun pasar ekspor amoniak, PKT didominasi negara-negara Asia seperti Filipina, Vietnam, Cina, Jepang, Korea Selatan dan India.
Bangun Pabrik Soda Ash Tahun Ini
Dengan capain ini, Pupuk Kaltim siap membentangkan rencana ekspansi dengan membangun pabrik soda ash. Potensi besar di pasar lokal serta bahan baku yang tersedia menjadi alasan.
“Kebutuhan pasar soda ash nasional besar dengan potensi yang menjanjikan. Setiap tahunnya, Indonesia mengimpor hampir 1 juta ton soda ash, sebagai bahan baku yang mendukung kebutuhan industri dan rumah tangga,” ujar Rahmad kepada KONTAN, (23/5).
Berdasarkan data Deloitte, kebutuhan industri atas soda ash saat ini sebesar 1 juta ton. Kebutuhan paling banyak ada di industri kaca dan keramik sebanyak 568.000 ton, sabun dan deterjen 221.000 ton, kimia 71.000 ton, dan lainnya.
Kata Rahmad, lewat anak perusahaan PT Kaltim Industrial Estate (KIE), Pupuk Kaltim tengah mempersiapkan pembangunan pabrik soda ash di Bontang. Pabrik ini, kata Rahmad juga menjadi salah satu wujud komitmen PKT untuk bertransformasi menjadi industri hijau.
“PKT akan menerapkan praktik ekonomi sirkular, yakni menciptakan nilai tambah dari produk yang sudah ada, karena proses produksi soda ash akan memanfaatkan karbondioksida sebagai salah satu bahan baku yang merupakan gas buangan dari produk PKT lainnya,” tandas Rahmad.
Targetnya pelaksaan proyek pembangunan pabrik yang membutuhkan lahan sebesar 16 hektare ini akan dilakukan di tahun 2022 sampai 2025. Masih enggan menyebut belanja modal atau capital ecxpenditure untuk pembangunan pabrik soda ash ini, rencananya pabrik soda ash ini akan berkapasitas 300.000 MTPY.
Hitungan PKT, pabrik akan membutuhkan ammonia sebanyak 102.000 MTPY serta CO2 174.000 MTPY. “Kami secara bertahap juga menuju net zero emisi di 2060, dengan target 2030 mampu melakukan pengurangan emisi scope 1 dan 2 sebesar 32,51%,” ujar Rahmad .
Ini juga sejalan dengan target pemerintah Indonesa menetapkan target pengurangan emisi GRK uncondotional sebesar 29% sampai 41% di 2030.
Kaji Rencana IPO
Tak hanya itu saja, PT Pupuk Kaltim (PKT) juga terus mengkaji rencana penawaran umum perdana atau initial public offering atau IPO sebagai salah satu sumber pendanaan. Kabar yang masuk ke KONTAN, IPO akan dilakukan di tahun ini.
Tak menjawab pertanyaan KONTAN atas target pelaksanaan IPO ini di tahun ini, Direktur Utama Pupuk Kaltim Rahmad Pribadi menjawab setelah beroperasi selama 44 tahun, PKT saat ini berada dalam fase pertumbuhan kedua dengan target performa perusahaan yang lebih agresif.
“Untuk bisa mencapai target yang agresif tersebut, ada banyak cara untuk mendapatkan pendanaan, termasuk dari IPO,” ujar Rahmad kepada KONTAN, Senin (23/5).
Saat ini, kata Rahmad, PKT terus berupata mempertahankan kinerja serta tata kelola perusahaan yang baik. “Hal ini kami buktikan salah satunya lewat capaian laba tertinggi sepanjang sejarah berdirinya perusahaan,” ujar Rahmad. Tahun 2021, PKT berhasil mengantongi laba bersih (setelah pajak) senilai Rp 6,17 triliun.
Sumber Bisnis, edit koranbumn