Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) menilai program desa devisa merupakan program yang paling efektif untuk meningkatkan daya saing.
Ketua Dewan Direktur & Direktur Eksekutif LPEI Riyani Tirtoso menjelaskan sektor desa devisa merupakan salah satu program LPEI untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Upaya ini dilakukan agar pengrajin lebih mudah dalam melakukan pengembangan UKM.
Adapun, lembaga keuangan yang didirikan khusus untuk melaksanakan pembiayaan ekspor nasional itu berfokus pada 6 sektor desa devisa yang terdiri dari 4 komoditas dan 2 industri. Salah satunya, yakni komoditas dalam program desa devisa tersebut adalah Indonesia Spice Up The World atau ISUTW.
Riyani mengatakan ISUTW berupa rempah makanan dan minuman atau industri mamin menjadi salah satu fokus LPEI untuk mendongkrak sektor desa devisa, sejalan dengan tren permintaan dunia dan kinerja ekspor Indonesia.
“Harapannya nanti akan ada 4.000 restoran di seluruh dunia yang sudah mengikuti konsep ISUTW. LPEI ikut mulai dari suplier bumbu sampai mengawal UKM berjualan ke mancanegara,” kata Riyani saat Bisnis Indonesia berkunjung ke kantor LPEI di Jakarta, Rabu (20/7/2022).
Selain ekspor bumbu dan rempah, LPEI juga memfokuskan sektor desa devisa kopi, furniture (industri kayu), kakao, fashion (industri kain atau tenun), serta ikan dan hasil laut.
Selama 2021, Riyani mengungkapkan terdapat 15 desa devisa baru, yakni sebanyak 2.144 petani atau pengrajin, salah satunya yakni berupa kerajinan peti mati dari eceng gondok. Kerajinan ini tercatat memiliki banyak permintaan akibat pandemi Covid-19.
Lembaga keuangan khusus ini didirikan berdasarkan UU No. 2/2009 yang memiliki mandat untuk mendorong pertumbuhan ekspor Indonesia melalui pembiayaan ekspor nasional dalam bentuk pembiayaan, penjaminan, asuransi, dan jasa konsultasi.
Riyani menyampaikan sesuai dengan mandat UU No. 2/2009, LPEI memastikan untuk membangun ekspor melalui eksosistem.
Jika berbicara mengenai kinerja keuangan, LPEI menutup tahun 2021 dengan membukukan aset senilai Rp89 triliun dengan pembiayaan mencapai Rp84 triliun. Sementara itu, asuransi dan pendanaan masing-masing mengalami pertumbuhan menjadi 10,9 triliun dan Rp56,5 triliun pada Desember 2021.
Adapun, dari sisi rasio UKM juga mengalami pertumbuhan dari 15,8 persen pada Desember 2019 menjadi 17,2 persen per Desember tahun lalu.
Sumber Bisnis, edit koranbumn