Pertamina meningkatkan kehandalan pasokan Avtur untuk kebutuhan operasional bandara di Bali dan Nusa Tenggara dengan melakukan optimasi pola suplai.
Optimasi dilakukan dengan mengalihkan pola suplai, yang sebelumnya melalui fasilitas FSO (Floating Storage & Offloading) di wilayah perairan Kalbut, Situbondo, menjadi melalui supply point darat di Terminal BBM Manggis.
Hal ini ditandai dengan acara seremonial Pendaratan FSO Avtur ke Terminal BBM Manggis, di Karangasem, Bali (25/01/2019). Acara dihadiri oleh Direktur Logistik, Supply Chain, dan Infrastruktur (LSCI) Pertamina Gandhi Sriwidodo, Senior Vice President (SVP) Shipping Pertamina Erry Widiastono, Direktur Utama Elnusa Petrofin Haris Syahrudin, dan GM Pertamina Marketing Operation Region (MOR) V Ibnu Chouldum.
Dijelaskan Gandhi Sriwidodo, Bandara Ngurah Rai di Bali merupakan salah satu bandara terbesar dan tersibuk di Indonesia, dengan kebutuhan Avtur rata-rata sebesar 2.500 kilo liter/hari.
Perubahan pola suplai Avtur ini, diharapkan dapat lebih menjamin kemanan pasokan (security of supply) di Bandara Ngurah Rai, dengan memperpendek Round Trip Days dari 3.5 hari menjadi 2.5 hari, karena semakin dekatnya supply point” Avtur.
“Pertamina juga telah meningkatkan kapasitas penyimpanan Avtur di Terminal BBM Manggis dari 20.000 kilo liter (KL) menjadi 30.000 KL, dan di pertengahan Februari 2019 akan ditingkatkan lagi menjadi 40.000 KL,” ujarnya.
Menurutnya, selain menjaga kehandalan pasokan Avtur, perubahan pola suplai ini juga memberikan dampak potensi efisiensi sekitar USD 7.3 juta, atau setara dengan Rp 106 miliar per tahun.
Selain dengan mengurangi penggunaan 1 (satu) kapal FSO type MR yang sandar di perairan Kalbut, Situbondo, efisiensi juga diperoleh dari pengurangan penggunaan 2 (dua) kapal small sebagai dampak pengurangan waktu tempuh ke Dermaga Benoa.
Pola suplai Avtur di Bandara Ngurah Rai sebelumnya menggunakan kapal bertipe Medium Range (MR) dari RU (Refinery Unit) IV Cilacap. Avtur selanjutnya diisikan ke FSO berupa kapal tipe MR yang diapungkan di perairan Kalbut, Situbondo.
Kemudian secara reguler, Avtur dibawa menggunakan kapal tipe kecil (small) sejumlah 3 kapal berukuran maksimal 8.000 DWT (deadweight tonnage) ke Dermaga Benoa untuk dibongkar dan dipompakan ke DPPU (Depot Pengisian Pesawat Udara) Ngurah Rai.
Sedangkan setelah dilakukan optimasi, suplai Avtur dari RU IV Cilacap diangkut langsung ke Terminal BBM Manggis untuk disimpan dalam tangki darat, untuk kemudian dikirimkan ke Dermaga Benoa menggunakan kapal berukuran small. Dari Dermaga Benoa, Avtur dipompakan ke DPPU Ngurah Rai menggunakan pipa.
Beberapa upaya yang dilakukan untuk perubahan pola suplai ini antara lain dengan menyiapkan sarana jalur produk Avtur di sarana tambat kapal Terminal BBM Manggis.
Upaya lainnya adalah meningkatkan flowrate discharge Avtur dari semula 180 KL/hr menjadi 400 KL/HR, dengan sistem double manifold serta dengan pipanisasi berdiameter lebih besar dari Dermaga Benoa sampai DPPU Ngurah Rai, sepanjang 8 kilo meter, yang telah diselesaikan pada Juli 2018.
Pertamina sebagai salah satu BUMN terbesar, terus berkomitmen untuk melayani kebutuhan energi nasional, dengan tetap melakukan efisiensi di segala lini khususnya.
Termasuk di Direktorat Logistik, Supply Chain dan Infrastruktur, efisiensi ini dimaksudkan untuk dapat menekan biaya distribusi produk, sehingga dapat lebih kompetitif dan mampu menjangkau seluruh pelosok negeri.
“Terdapat 3 Program Utama yang saat ini terus diupayakan, yaitu Pengurangan jumlah Floating Storage, Perubahan Pola Suplai, dan Penurunan Waktu Pelabuhan Terintegrasi.” Jelasnya.
Sumber Beritadewata/kbumn edit koranbumn