PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) kini telah memulai lelang untuk konversi Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD).
Adapun, PLTD yang ada, rencananya bakal digantikan dengan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) beserta baterai listriknya. Konversi ini dilakukan untuk fasilitas PLTD di wilayah terpencil.
Direktur Perencanaan Korporat PLN Evy Haryadi mengungkapkan rencana konversi PLTD ke pembangkit listrik berbasis EBT ini akan berlangsung hingga 2030 mendatang.
“Tantangannya saat ini memang harga baterai untuk mendampingi PLTS nya masih mahal. Maka dalam bidding yang saat ini kami buka kami mencari inovasi teknologi sehingga bisa menekan harga Biaya Pokok Penyediaan (BPP) dari PLTS combain dengan baterai ini,” ungkap Evy dalam diskusi virtual, Senin (7/2).
Evy melanjutkan, ada kebutuhan Pembangkit EBT Base Load mencapai 1,1 GW hingga 2030 mendatang. Total kapasitas ini diprediksi mampu menghasilkan energi listrik sebesar 7,7 TWh per tahun.
Dia menambahkan, dalam mendorong energi hijau, khususnya untuk PLTS plus baterai maka saat ini biaya pembelian listrik oleh PLN masih berada di kisaran US$ 12 sen per kWh. Jumlah ini dinilai masih lebih tinggi ketimbang BPP PLTU yang di rentang US$ 6 sen hingga US$ 8 sen per kWh.
“Diperlukan inovasi teknologi sehingga harga PLTS + BESS dapat bersaing dengan PLTU pada harga BPP sekitar US$ 6 sen – US$ 8 sen per kWh,” jelas Evy.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, pihaknya telah melangsungkan lelang untuk program dedieselisasi. Dari proses lelang yang telah dilakukan, 120 perusahaan dipastikan telah menyatakan minatnya.
“Dalam satu dua bulan ini kami periode buka dokumen lelang. Pesertanya ada 180, tapi yang eligible sudah ada 120 peserta lelang,” kata Darmawan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VII DPR RI, belum lama ini.
Dia memastikan, dalam lelang ini pihaknya mendorong adanya inovasi untuk kelancaran program konversi PLTD. Untuk itu, diharapkan hadir teknologi yang andal dan efisien dari para perusahaan peserta lelang.
Adapun, program konversi PLTD bakal dilakukan pada 5.200 unit yang tersebar di 2.130 lokasi. Dalam tahap pertama, konversi akan dilakukan untuk total 265 MW dengan prioritas pada wilayah isolated.
Selanjutnya, untuk tahap kedua dengan total kapasitas mencapai sekitar 2.000 MW dilakukan secara bertahap menggunakan pembangkit EBT atau diinterkoneksikan dengan transmisi ke sistem besar sampai 2025/2026
Sumber Kontan, edit koranbumn