Perusahaan pembiayaan ultra mikro pelat merah PT Permodalan Nasional Madani (PNM) mengakui ada tantangan dari sisi pengelolaan margin di tengah kondisi gejolak perekonomian saat ini.
Direktur Utama PNM Arief Mulyadi menjelaskan bahwa saat ini potensi terus naiknya suku bunga acuan merupakan fenomena yang paling menjadi sorotan pihaknya.
Sebab, di samping itu, terbilang tidak ada masalah berarti soal dampak kondisi perekonomian terkini terhadap aktivitas bisnis basis nasabah PNM, atau soal kemampuan mereka membayar cicilan ke depan.
“Jadi ketimbang kredit macet, kami lebih khawatir soal funding. Kenaikan suku bunga acuan membuat kami harus atur strategi baru. Namun, sampai sekarang, PNM masih optimistis dampaknya masih belum terlalu signifikan,” ujarnya .
Arief mengungkapkan bahwa strategi menjaring pendanaan dengan biaya dana (cost of fund) murah, terutama untuk terus mendongkrak penyaluran program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar) ke depan.
Pasalnya, kendati realisasi program Mekaar terus berada dalam jalur pertumbuhan, PNM masih harus mengejar target menyentuh 20 juta nasabah di seluruh Indonesia pada periode 2024, serta mengabulkan permintaan pemerintah selaku pemegang saham soal penurunan bunga untuk para nasabah.
Sebagai informasi, sampai September 2022 ini penyaluran Mekaar telah mencapai Rp45,44 triliun yang tumbuh 36,24 persen (year-on-year/yoy) ketimbang periode sama tahun lalu. Saat ini, nilai outstanding tersisa tercatat naik 42 persen yoy menjadi Rp33,89 triliun, kepada 12,8 juta nasabah.
“Tapi sampai sampai sekarang PNM masih belum ada pikiran untuk meningkatkan pengenaan bunga buat para nasabah. Soalnya, justru tuntunan dari pemerintah itu agar pengenaan bunga kepada para nasabah ultra mikro bisa turun dalam waktu dekat,” tambahnya.
Oleh sebab itu, Arief mengungkap salah satu strategi yang tengah diupayakan, yaitu memperbesar penggalangan dana lewat penerbitan surat utang. Pada pertengahan tahun, PNM telah merealisasikan penerbitan obligasi, kemudian dalam waktu dekat PNM akan melanjutkan lewat penerbitan sukuk.
“Sejalan dengan terus tumbuhnya permintaan pembiayaan berskema syariah, kami ada rencana menerbitkan sukuk di kisaran Rp4 triliun lagi sampai akhir tahun nanti. Secara umum, porsi pendanaan dari surat utang pun berupaya terus kami perbesar, karena biaya imbal hasil dari obligasi dan sukuk kami sudah semakin murah sejak ada Holding Ultra Mikro,” jelas Arief.
Sebagai gambaran, rating surat utang PNM naik menjadi dobel A (AA) sejak tergabung dalam Holding Ultra Mikro bersama Bank BRI dan Pegadaian. Hal ini membuat imbal hasil surat utang jangka pendek-menengah PNM bisa ditekan, dari sebelumnya mencapai kisaran 9 persenan menjadi 4 persenan saja.
Sumber Bisnis, edit koranbumn