Holding perkebunan pelat merah, PT Perkebunan Nusantara III (Persero) berencana IPO subholding kelapa sawit PalmCo dengan dana yang diincar Rp10 triliun. Dana hasilnya, bakal dipakai membangun industri minyak goreng BUMN sehingga dapat mengendalikan harga pasar.
Staf Khusus Menteri BUMN Arya Mahendra Sinulingga menjelaskan saat ini peran BUMN dalam industri minyak goreng kurang besar. Hal ini terbukti ketika harganya sempat melambung tinggi, BUMN tidak mampu membantu menstabilkan harga secara signifikan.
“Makanya kami bangun subholding PalmCo, fokus pengadaan minyak goreng. Kalau sudah begini, setelah terbentuk itu, dia akan go public, akan bikin pabrik dan minyak goreng,” paparnya di sela agenda UMKM BUMN Go Online, Senin (29/8/2022).
Setelah membangun industrinya sendiri, diharapkan mayoritas minyak goreng di Indonesia dapat dikelola oleh BUMN dalam hal ini PalmCo. Dengan begitu, harga dapat dikendalikan BUMN secara positif sehingga harganya terjangkau bukan bermaksud monopoli.
Nantinya, dengan target dana initial public offering (IPO) yang mencapai Rp10 triliun, PalmCo bakal melakukan pengembangan pabrik, pembenahan, termasuk konsolidasi pabrik PTPN.
“Saat ini, PTPN I punya pabrik sendiri, PTPN II juga punya sendiri, dan seterusnya. Ini akan dikonsolidasi sehingga nanti akan ada penambahan pabrik dan pembangunan pabrik sendiri,” tuturnya.
Dengan demikian, subholding PalmCo yang IPO dapat menjadi bagian dari solusi pembenahan distribusi minyak goreng sehingga harganya dapat dijangkau masyarakat.
Sebelumnya, Direktur Utama Perkebunan Nusantara Mohammad Abdul Ghani mengatakan akan melakukan konsolidasi seluruh kebun kelapa sawit di bawah PalmCo, yang ditargetkan selesai pada Oktober tahun ini.
“Proses itu sedang berlangsung, paling lambat akhir Oktober selesai. Maka proses persiapan IPO tahun depan, semoga kuartal II/2023 atau kuartal III/2023,” kata Ghani, di Jakarta, Senin (22/8/2022).
Dia melanjutkan, pihaknya menargetkan dana senilai Rp5 triliun hingga Rp10 triliun dari IPO ini. Dalam proses IPO ini, Ghani menuturkan PTPN menunjuk Mandiri Sekuritas dan McKinsey sebagai penasihat dalam IPO ini.
Lebih lanjut, Ghani menjelaskan saat ini PTPN memiliki luas lahan kelapa sawit sebesar 500.000 hektar (ha). Untuk mendukung ekspansi PalmCo, PTPN berencana melakukan konversi 200.000 ha tanaman karet menjadi kelapa sawit, sehingga nantinya PalmCo akan mengelola seluas 700.000 ha lahan kelapa sawit.
“Dari 500.000 ha akan jadi 700.000 ha saat IPO karena karetnya akan kami konversi. Target kami di 2030 jadi perusahaan kelapa sawit terbesar di dunia,” tutur dia.
Produksi tandan buah segar (TBS) PTPN juga tercatat meningkat 7,12 persen dari 19,67 ton/ha, menjadi 21,07 ton/ha di akhir 2021. Begitu juga dengan produksi CPO yang meningkat 7,81 persen dari 4,48 ton/ha, menjadi 4,83 ton/ha di akhir 2021.
Sumber Bisnis, edit koranbumn