PT Adhi Karya Tbk (ADHI) melihat bisnis infrastruktur di tahun 2021 akan mengalami pemulihan seiring dengan upaya pemerintah dalam melakukan percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Sekretaris Perusahaan Adhi Karya Parwanto Noegroho menjelaskan fokus ADHI di tahun ini akan tetap menjadikan bisnis infrastruktur menjadi penopang bisnis dengan melihat anggaran infrastruktur yang cukup besar dan beroperasinya lembaga pengelola investasi Indonesia Investment Authority (INA).
“Adanya SWF atau LPI menjadi angin segar bagi sektor infrastruktur, termasuk ADHI. Kami berharap ADHI dapat pula memanfaatkan semua suport yang diberikan pemerintah, termasuk dengan adanya SWF ini,” jelas Noeg
Selain adanya angin segar itu, dalam waktu dekat ADHI juga akan menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO) yakni untuk Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) II Tahap I Tahun 2017 senilai Rp 2,99 triliun yang jatuh tempo pada 22 Juni 2022, PUB II Tahap II Tahun 2019 Seri A senilai Rp 556 miliar yang jatuh tempo pada 25 Juni 2022 dan Seri B senilai Rp 473,5 miliar yang jatuh tempo pada 25 Juni 2024.
“Sebagaimana kita ketahui dampak Pandemi ini cukup besar pada berbagai institusi, termasuk ADHI, sehingga support dari sisi relaksasi Bank dan Bond Holder yang bersifat sementara perlu dimohonkan, agar tidak melanggar covenant,” jelas Noeg.
Dia melanjutkan, selama tiga tahun terakhir semua covenant yang dipersyaratkan dan kewajiban bunga selalu terpenuhi. Hanya memang dengan adanya pandemi ini, ADHI merasa perlu ada covenant yang disesuaikan supaya tetap memiliki tata kelola yang baik.
Lebih lanjut, di tahun ini ADHI akan melancarkan aksi korporasi yaitu mengantar anak usahanya untuk initial public offering (IPO) yaitu PT Adhi Commuter Properti setelah sempat tertunda di tahun lalu. Noegroho menargetkan IPO anak usaha ini paling lambat akan dilaksanakan pada kuartal III-2021.
Adapun, berdasarkan riset Kontan, ADHI tahun ini menargetkan pertumbuhan kontrak baru di kisaran 15-20%. Di mana pada tahun 2020 lalu ADHI membukukan kontrak Rp 19,7 triliun atau tumbuh 34% secara tahunan (yoy) dari realisasi 2019 yang sebesar Rp 14,7 triliun.
Sumber Kontan,edit koranbumn