Holding BUMN Baterai PT Industri Baterai Indonesia memaparkan rencana pengembangan industri baterai untuk menyokong ekosistem mobil listrik di Tanah Air.
Direktur Utama PT Industri Baterai Indonesia atau IBI Toto Nugroho menyampaikan pada 2020, PT IBI telah menyeleksi calon mitra dan dilanjutkan dengan pelaksanaan join study bersama calon mitra pada 2021.
Kemudian pada 2022 rencananya akan dimulai pembangunan pabrik produksi dan ditargetkan akan dioperasikan pada 2024 mendatang. Dengan demikian pada 2026, jika ibu kota baru Indonesia telah terbentuk akan bisa mengadopsi 100 persen teknologi EV atau electric vehicle. Menurut Toto, butuh waktu 6 sampai 7 tahun bagi ibu kota baru untuk mencapai 100 persen EV.
Rencana kerja PT IBI tersebut Toto sampaikan saat menjadi pembicara dalam webinar yang diselenggarakan oleh Universitas Indonesia atau UI pada Kamis, 24 Juni 2021. Toto memaparkan pemaparannya, bahwa EV merupakan sesuatu keniscayaan dan memiliki potensi di Indonesia. “Demand baterai di Indonesia bahkan dunia pertumbuhannya sangat cepat,” tutur Toto, mengutip Tempo, Kamis (22/7/2021).
Dibandingkan dengan negara lain di Asia Tenggara, Indonesia memiliki keunggulan supply chain, sehingga diprediksi akan menjadi top supplier EV. Hingga 2035, diperkirakan kebutuhan baterai akan mencapai 29 GWh berdasarkan pertumbuhan dari energy storage system atau ESS dan EV.
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 55 tahun 2019, industri EV battery dan EV sendiri sudah ditetapkan sebagai program prioritas nasional. Hal ini bertujuan untuk menstimulus pasar EV. Bahkan Kementerian Perindustrian RI menargetkan sekitar 30 persen kendaraan berbahan bakar minyak sudah terkonversi menjadi EV pada 2030 mendatang.
Menurut Tito, jika Indonesia berhasil memproduksi kendaraan EV mencapai 600.000 unit atau setara 30 persen total kendaraan saat ini tiap tahunnya. Indonesia akan menghemat bahan bakar minyak impor secara signifikan.
“Selama ini kita masih mengimpor jenis gasoline sekitar 400 ribu barrel, dan kalo kita bisa mengubah ini menjadi EV, tentunya EV yang diproduksi di Indonesia, nilai saving dari nilai impor itu bisa mencapai 1 sampai2 miliar dolar AS per tahun,” tutur Tito.
Untuk mengembangkan EV di Indonesia, PT IBI akan melakukan langkah end to end yang terdiri dari empat BUMN, yaitu PLN, Pertamina, Mind ID dan Antam. Keempat BUMN ini akan berpartisipasi di masing-masing value chaun melalui PT IBI. Mind ID dan Antam nantinya akan bertanggungjawab sebagai developer HPAL menjadi nickel dan cobalt sulphate. Mind ID juga berpartisipasi dengan Pertamina untuk membuat katoda baterai.
Sementara itu Pertamina, selain membuat Katoda, bersama PLN akan berfokus pada sel baterai electric vehicle dan ESS. Nantinya PLN juga akan berkontribusi dalam menyuplai energi di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik. Dan untuk proses daur ulang, akan dilakukan PLN dan Pertamina. PT IBI juga akan bekerja sama dengan LG dan HCL sebagai consortium partner.
Estimasi biaya investasi pengembangan industri baterai mobil listrik ini diperkirakan mencapai 15.3 miliar dolar AS. Bagian yang memakan biaya paling besar yaitu pembuatan cathode dan cell lantaran membutuhkan tingkat ketelitian yang sangat presisi.
Sumber Bisnis, edit koranbumn