Harga timah rupanya juga ikut berada dalam tren kenaikan harga komoditas belakangan ini. Pada hari ini, Kamis (10/3), harga timah di London Metal Exchange (LME) kontrak pengiriman tiga bulan berada di US$ 44.205 per metrik ton. Adapun, secara year to date atau sejak awal tahun harga timah sudah naik 13,75%.
Harga timah yang sedang berada di level tinggi ini diyakini menjadi sentimen positif untuk kinerja para produsen timah, termasuk PT Timah Tbk (TINS). Analis Panin Sekuritas Timothy Wijaya mengatakan, kenaikan harga timah tersebut akan mendorong kinerja TINS pada tahun ini.
“Kenaikan harga ini harusnya sangat mendorong kinerja TINS karena dari sisi produksi TINS kami ekspektasinya relatif flat. Jadi faktor pendorong akan datang dari peningkatan average selling price (ASP) saja,” kata Timothy kepada Kontan.co.id, Kamis (10/3).
Terkait ASP atau harga jual rata-rata pada tahun ini, Timothy mengaku cukup sulit untuk memberikan angka mengingat harga timah yang sedang sangat volatile. Namun, dia meyakini jika dibanding tahun lalu, ASP timah akan jauh lebih tinggi seiring tren kenaikan harganya pada awal tahun.
Sementara dari sisi produksi, dia memproyeksikan produksi TINS pada tahun ini akan mencapai di kisaran 35.000 ton-40.000 ton.
Ada ekspektasi sedikit peningkatan produksi tahun ini seiring dengan pengeluaran izin Rencana Kegiatan dan Anggaran Belanja (RKAB) yang sudah dipindah dari pemerintah daerah ke pusat. Menurut Timothy, hal tersebut seharusnya membuat penambangan timah ilegal di Bangka Belitung akan semakin berkurang.
Secara fundamental, Timothy menyebut, hingga akhir kuartal ketiga 2021, TINS memiliki sejumlah utang obligasi dan sukuk Ijarah yang diterbitkan pada tahun 2017 dan 2019 dengan total nominal Rp1,8 triliun yang belum dibayarkan. Namun, TINS berhasil mencatatkan penurunan pinjaman menjadi Rp 2,2 triliun.
Berdasarkan hal tersebut, neraca TINS pun menguat dengan net gearing yang turun jadi 0,54 kali dari 1,3 kali pada akhir September 2020. Dia juga memperkirakan neraca TINS dapat kembali menguat di tahun 2022 setelah pelunasan pembayaran obligasi dan sukuk yang jatuh tempo senilai Rp 1 triliun.
Katalis positif lain datang dari segera beroperasinya Smelter TSL Ausmelt pada paruh kedua tahun ini. “Nantinya, smelter tersebut memiliki kapasitas peleburan sebesar 40 ribu ton per tahun dan mampu memberikan kontribusi EBITDA sebesar US$ 126 juta setiap tahunnya,” imbuhnya.
Timothy pun merekomendasikan beli saham TINS dengan target harga Rp 1.900 per saham. Kamis (10/3), harga saham TINS menguat 0,61% ke Rp 1.650 per saham.
Sumber Kontan, edit koranbumn