PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BBRI menorehkan kinerja cemerlang. Bank pelat merah ini menceta laba Rp12,12 triliun atau tumbuh 78,13 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Tak hanya laba, aset BRI Group juga mengalami pertumbuhan sebesar 8,99 persen yoy menjadi Rp1.650,28 triliun pada kuartal I/2022.
Direktur Utama BRI, Sunarso mengungkapkan perolehan laba dan aset tersebut tak lepas dari strategi BRI yang fokus kepada sustainability, dengan penyaluran kredit yang tumbuh di atas rata-rata industri perbankan.
Selain itu, perseroan juga berhasil mengelola dengan baik kualitas kredit yang disalurkan, serta semakin efisien dalam menjalankan kegiatan operasional perbankan, termasuk dalam penghimpunan dana murah (current accounts saving accounts/CASA).
Dengan pencapaian ciamik tersebut, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin melihat peluang BRI dalam menjaga laba hingga akhir tahun 2022 terbilang besar.
“Saya melihat ada beberapa hal kalau dikaitkan dengan peningkatan laba ini yang cukup signifikan. Saya rasa kemungkinan [laba terjaga hingga akhir tahun ini] itu cukup besar,” ujar Amin kepada Bisnis, Senin (25/4/2022).
Pertama, karena fokus bisnis bank adalah menyasar UMKM. Amin melihat, saat ini Indonesia menuju endemi dan sudah mulai terlihat geliat bisnis di sektor tersebut.
Menurut Amin, sektor UMKM merupakan sektor yang paling terpukul akibat adanya pandemi. Namun, dengan bantuan yang diberikan pemerintah melalui berbagai subsidi untuk porsi UMKM serta BRI yang memfokuskan bisnis ke arah yang sama, dalam dua tahun terakhir Amin melihat sektor UMKM sudah mengalami perbaikan dalam banyak hal,
“Dua tahun terakhir ini sudah merupakan tahun perbaikan dalam banyak hal, seperti infrastruktur, sumber daya manusia, efisiensi proses, yang kemudian menghasilkan kinerja saat ini yang cukup bagus,” terangnya.
Kedua, ditopang dengan holding yang sudah mulai berjalan. Amin menilai, transformasi ini akan meliputi secara keseluruhan dan tidak hanya dari induk, termasuk juga anak-anak usaha di bawah BRI. “itu semuanya sudah dalam kondisi siap untuk berkinerja terbaik.”
Dengan demikian, kata Amin, segala upaya yang dilakukan BBRI melalui proses transformasi, efisiensi, upaya untuk menggerakkan seluruh sektor baik usaha menengah, kecil, mikro dan bahkan super mikro akan menjaga kinerja BRI sedemikian rupa.
“Sehingga, keterkaitan antara naiknya laba tersebut akan terjaga hingga akhir tahun,” imbuhnya.
Tantangan BRI 2022
Meski memiliki peluang yang cukup besar dalam menjaga laba perseroan hingga akhir tahun ini, Amin melihat ada beberapa tantangan yang akan dihadapi BBRI ke depan, baik dari aspek eksternal maupun internal.
Dari sisi eksternal, Amin menyatakan bahwa kompetisi bank semakin sengit. Saat ini banyak perusahaan finansial yang menyasar UMKM dengan memanfaatkan kanal digital. BRI tidak lagi bisa hanya mengandalkan jaringan yang luas.
“Cukup banyak sekarang pemain-pemain baru menggarap sektor yang sama dengan perangkat digital, baik itu bank digital maupun teknologi keuangan atau fintech yang merambah sektornya sama persis dengan apa yang kemudian menjadi fokus bisnisnya BRI,” jelasnya.
Kedua, kondisi pandemi yang masih menyisakan ketidakpastian. Amin memandang, adanya ketidakstabilan sistem ekonomi akibat pandemi yang bersifat global, sehingga dampak yang terjadi di duni lain akan berimbas ke Indonesia.
“Sehingga tantangannya kalau dari eksternal secara global ada perang antara Rusia dan Ukraina. Meskipun itu sedikit dampaknya ke Indonesia [tidak terlalu besar], tidak terlalu signifikan, apalagi ke bisnis UMKM mungkin tidak terlalu terasa, hanya pasti faktor eksternal itu akan sedikit banyak mempengaruhi ketidakpastian,” paparnya.
Ketiga, inflasi. Amin menyatakan bahwa inflasi akan sedikit banyak mengganggu. Misalnya, ketidakstabilan harga minyak goreng memicu industri-industri yang terkait dengan minyak goreng akan terpengaruh sektor UMKM, bahkan mikro juga akan terpengaruh dan akan berdampak ke semua sektor.
“Ini [inflasi] sebuah faktor yang masih dipertimbangkan karena bisnisnya konsumennya BRI di sektor UMKM dan mikro, jadi cukup terdampak ada inflasi berpengaruh. Kelihatannya sepele, kinerja bank dalam penyaluran kredit, penerimaan DPK dan seterusnya itu pasti akan sedikit banyak berpengaruh,” tuturnya.
Sementara dari aspek internal, yakni pertama, proses transformasi dan adanya kesiapan sumber daya manusia (SDM) untuk melihat bahwa industri finansial telah berada pada era digital.
Kedua, infrastruktur. Menurut Amin, infrastruktur berkaitan dengan bisnis yang dijalankan BRI, yakni bisnis ritel mikro. “Itu sudah sangat lazim kalau sekarang harus mengoptimalkan teknologi.”
Ketiga, BRI membutuhkan dukungan dan keseriusan dari seluruh stakeholder.
Kiat Menjaga Kinerja BBRI 2022
Di samping beragamnya tantangan yang harus dihadapi BBRI, Amin juga melihat bahwa BRI bisa menjaga kinerja apabila perseroan bisa memelihara dengan baik antara SDM dengan IT.
“People dan IT harus dijaga dengan baik agar keberlanjutan kinerjanya bisa ter-maintenance dengan baik. Kinerja keuangan sangat terpengaruh dengan kondisi-kondisi itu, sedikit saja ada terjadi hal yang tidak pas atau tidak sesuai, maka itu akan berpengaruh cukup signifikan,” kata Amin mengingatkan.
Selain itu, BRI juga harus bisa mengatur pemanfaatan dana PEN, mengingat pandemi akan segera berakhir.
Lalu, program restrukturisasi kredit yang akan berakhir sampai dengan 31 Maret 2023. Amin mengingatkan untuk menjaga kondisi NPL, beban bunga, hingga pertumbuhan kreditdengan baik.
Hal tersebut dilakukan sebagai tindak lanjut persiapan, apabila kebijakan restrukturisasi kredit dinyatakan berhenti di Maret 2023.
“Ini harus diantisipasi dari sekarang. Keberlanjutan kinerja pasti akan menjadi pertimbangan tersendiri dalam rangka antisipasi kesiapannya menghadapi Maret 2023 yang juga harus dipersiapkan dari sekarang dalam banyak hal,” tutupnya.
Sumber Bisnis, edit koranbumn