BUMN produsen dan eksportir logam timah, PT Timah Tbk. (TINS) optimistis cadangan timah di Indonesia masih cukup banyak, meski sejumlah pihak memperkirakan cadangannya hanya tersisa untuk produksi selama 26 tahun lagi.
Director of Business Development PT. Timah Tbk. Alwin Albar mengatakan bahwa isu cadangan timah sudah berlangsung sejak dua dekade terakhir.
Akan tetapi, hingga kini perusahaan masih dapat memproduksi timah sekitar 70.000 ton per tahun, dan memiliki temuan sekitar 50.000 ton sumber daya baru per tahun.
“Sering ditanya ini berapa lama lagi [umur cadangan timah]? Saya bilang selama ada inovasi dan teknologi, Insyaallah yang di Bangka Belitung ini masih ada harapan,” katanya saat webinar sosialisasi, pembahasan dan diskusi terkait Grand Strategi Komoditas Minerba, Selasa (9/11/2021).
Selain itu, PT Timah juga disebut telah menggelontorkan anggaran Rp200 miliar–Rp300 miliar per tahun untuk mencari sumber daya baru. Perusahaan, kata dia, melakukan inovasi dan pemanfaatan teknologi untuk mendapatkan cadangan baru.
“Tahun lalu kami ketemu [cadangan baru] 50.000an ton. Tahun ini dapat 50.000 ton sumber daya. Ini terus dilakukan, mestinya umur akan tetap [panjang],” terangnya.
Persoalan itu, kata Alwin, tidak hanya dialami Indonesia, melainkan juga di sejumlah negara produsen timah lainnya, seperti China, Australia, Myanmar, maupun Negara-negara di Afrika.
Bahkan para 10 besar produsen logam timah terus melakukan pertemuan tiap tiga bulan sekali untuk mencari solusi dari persoalan tersebut.
Seperti diketahui, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mencatat realisasi produksi timah hingga November 2021 mencapai 26.003 ton, atau hanya 37,15 persen dari target produksi hingga akhir tahun.
Selain itu, pemerintah juga mematok target penjualan hingga 68.000 ton pada 2021. Akan tetapi, realisasi penjualan hanya 24.406 ton atau 35,89 persen dari target.
Sementara itu, Koordinator Pokja Rencana Induk Komoditas Minerba GSKM Dedi Supriyanto menuturkan bahwa dari total produksi tersebut, 98,5 persen timah menjadi komoditas ekspor, sisanya 1,5 persen untuk kebutuhan domestik.
Menurutnya, penyerapan timah di dalam negeri perlu ditingkatkan dengan syarat serapan di dalam negeri bertambah. “Penambahan kapasitas produksi tin ingot Indonesia diprediksi mencapai total 98.000 ton pada 2045,” katanya.
Sumber Bisnis, edit koranbumn