PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) mendapatkan fasilitas kredit dari PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) senilai total US$82 juta untuk refinancing dan keperluan belanja modal.
Sekretaris Perusahaan Antam Aprilandi H. Setia menyampaikan, perseroan mendapatkan kredit investasi dari BNI senilai US$82 juta. Dengan perhitungan nilai tukar rupiah Rp14.500 per dolar AS, perusahaan mendapatkan pinjaman Rp1,19 triliun.
“Pinjaman itu dipakai untuk refinancing obligasi Rp900 miliar, sedangkan sisanya untuk modal kerja,” tuturnya, Jumat (14/12).
Antam memiliki Obligasi Berkelanjutan I tahun 2011 senilai Rp900 miliar dan bunga 8,375% per tahun. Surat utang itu jatuh tempo pada 14 Desember 2018.
Adapun, fasilitas kredit dari BNI memiliki tenor 7 tahun dengan suku bunga LIBOR 3 bulan + 2% per tahun. Saat ini, tingkat LIBOR berada di level 2,77%, sehingga bunganya dianggap lebih menarik dibandingkan obligasi terdahulu.
“Alhamdulillah kami mendapatkan bunga yang lebih bagus dan kompetitif, sehingga dapat menurunkan beban keuangan perusahaan,” imbuhnya
Direktur Utama Antam Arie Prabowo Ariotedjo mengungkapkan, pada 2011 Antam menerbitkan obligasi sejumlah Rp3 triliun dalam dua seri. Pertama, obligasi Seri A senilai Rp900 miliar dengan bunga 8,375% per tahun.
Kedua, obligasi Seri B senilai Rp2,1 triliun dengan bunga 9,05% per tahun. Tenor surat utang ini mencapai 10 tahun.
“Hasil obligasi untuk pembiayaan rutin di unit bisnis perusahaan, dan pengembangan pabrik Pomalam,” ujarnya dalam siaran pers, Jumat (14/12).
Di Pomalaa, perusahaan mengoperasikan pabrik feronikel yang memiliki kapasitas terpasang 27.000 TNi (ton dalam nikel) per tahun. Per September 2018, total penjualan Antam mencapai Rp19,69 triliun, dimana bisnis feronikel menyumbang Rp3,85 triliun dengan volume 19.149 TNi.
Pada akhir 2018, Antam akan memulai commissioning pabrik di Halmahera Timur dengan kapasitas 13.500 TNi per tahun. Operasi komersial diperkirakan baru dapat dimulai pada pertengahan 2019.
Sumber Bisnis.com / edit koranbumn.com