Menteri BUMN Erick Thohir melakukan kunjungan ke PT Perkebunan Nusantara VIII (PTPN VIII), akhir pekan lalu. Lokasi pertama yang dikunjungi adalah area Grebek Pasar Murah Minyak Goreng Nusakita milik PTPN Group yang berada di Alun-alun Cianjur. Sebanyak 9000 (sembilan ribu) liter minyak goreng Nusakita dijual dengan harga dibawah harga pasar namun tetap dengan kualitas premium.
Harga minyak goreng yang melambung tinggi akhir-akhir ini menjadi momen tepat bagi PTPN untuk ikut berkontribusi dalam membantu memudahkan masyarakat Kabupaten Cianjur agar tetap dapat mengkonsumsi minyak goreng.
Direktur PTPN VIII Didik Prasetyo, Direktur Umum Holding Perkebunan Nusantara Doni Gandamiharja dan Komisaris Independen PTPN VIII Adrian Zakhary menyambut kedatangan Menteri BUMN di tenda pasar murah.
Erick Thohir menyempatkan diri untuk menyapa para pembeli yang sedang mengantri dengan rapi sesuai prokes. Grebek Pasar Minyak Goreng Nusakita di Kabupaten Cianjur merupakan urutan ketiga dari Rangkaian Pasar Murah Minyak Goreng PTPN Group.
Erick berharap, dengan adanya kegiatan pasar murah ini masyarakat dapat terbantu dalam peningkatan daya beli,
“BUMN Bantu operasi Pasar sesuai dengan arahan Bapak Presiden Jokowi, Dan mudah-mudahan bisa membantu masyarakat semua, nuhun ya,” ujar Menteri BUMN Erick dalam Siaran Pers PTPN VIII, Selasa (25/1).
Lokasi kedua yang dikunjungi Erick, adalah Perkebunan Teh Gedeh Mas yang berlokasi di Kebun Gedeh Mas Kabupaten Cianjur merupakan Perkebunan Teh dengan ketinggian sedang dan berudara sejuk dan asri.
Erick Thohir pun, turun langsung ke Kebun Teh dan berdialog dengan para pemetik teh Kebun Gedeh Mas untuk mengetahui teknis pemetikan teh yang baik dan berkualitas. Sekaligus, memperkenalkan Mesin Petik Jangkrik hasil inovasi karyawan PTPN VIII.
Dengan Mesin Petik Teh Jangkrik, Erick berharap, semangat kerja dari para pemetik teh dapat meningkat. Serta, memberikan kebaikan bagi perusahaan. Sehingga, produk teh PTPN VIII mampu mendunia dan menjadi produk teh kebanggaan bangsa Indonesia.
Selain itu, Erick menyaksikan penyerahan produk The Ekspor dari Direktur PTPN VIII kepada Pembeli yang berasal dari Kanada.
“Sejak awal saya mendorong transformasi yang ada di PTPN, transformasi total PTPN tidak hanya di PTPN VIII, kenapa? Yang Namanya perkebunan itu sekarang sudah berubah, tidak hanya mengandalkan alam yaitu tanah, matahari dan lain-lainnya, tetapi harus bisa diitervensi dengan teknologi dan riset,” paparnya.
Erick berharap dengan adanya riset tumbuhan yang tadinya tidak bisa tumbuh disebuah negara tetapi dengan riset dan teknologi menjadi bisa tumbuh.
“Keseimbangan menjaga alam dan keseimbangan menjaga ekonomi adalah hal yang sekarang tidak bisa dipisahkan. PTPN yang berbisnis Sawit, Karet dan Teh dan lainnya tolong dirawat, Pariwisata alam bisa dikembangkan dengan baik,” katanya.
Menurut Direktur PTPN VIII Didik Prasetyo,PTPN VIII melakukan ekspor produk teh premium dengan mengusung merek sendiri, merek nasional, dan merek Indonesia yaitu Walini Tea ke pasar Dunia. Ekspor tersebut berhasil berkat difasilitasi oleh Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Vancouver dan Archipelago Inc kepada AFOD Ltd. ( buyer dan distributor) Kanada yang akan mensuplai rantai pasok berbagai hypermart (Costco dan Super Store) dan supermarket/ convienient retail store yang berada holding Loblows (jaringan retail terbesar di Kanada dan AS) bersaing dengan produk teh ternama dunia lainnya.
Nilai ekspor tersebut, kata dia, sebanyak 1 container dengan 4 varian teh Walini dengan nilai sebesar 36.569,90 dolar AS.
Ia berharap, dengan kehadiran Walini Tea di pasar premium teh dunia, dapat turut mengangkat nama Indonesia, produk-produk Indonesia, produk teh Indonesia serta BUMN Indonesia dikenal, agar semakin, lebih terkenal dikancah internasional.
Sebagai bentuk Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), kata dia, PTPN VIII ingin meningkatkan nilai tambah dengan memciptakan kemitraan dengan masyarakat desa sekitar kebun maupun para pelaku UMKM di Jawa Barat dalam hal pemanfaatan asset PTPN VIII.
Pemanfaatan Aset PTPN VIII dilaksanakan secara kemitraan dengan skema Business to Business (B2B) dan Program Pemberdayaan Masyarakat Desa sekitar Kebun (PMDK). Program PMDK di Jawa Barat dan Banten. Formulasi kompensasi Program PMDK disesuaikan dengan kemampuan pendanaan UMKM dalam pengembangan usahanya.
Dalam kesempatan tersebut, dilakukan juga penandatanganan MoU secara simbolis dengan 3 (tiga) Mitra Optimalisasi Aset PTPN VIII yang berasal dari wilayah Cianjur, Sukabumi dan Bogor yang salah satunya adalah Ketua Petani Millenial Sandi Octa Susila dan Pelaku UMKM Burung Puyuh.
Sumber Republika, edit koranbumn